Blog

Sorry Syndrome, Definisi Maaf Tak Selamanya Baik

Meminta maaf merupakan hal baik yang memang sepatutnya dilakukan oleh seseorang setelah melakukan kesalahan atau setelah menyakiti orang lain. Tapi jika kata “I’m sorry” itu terus diucapkan tanpa henti, bahkan di saat seharusnya tak perlu diucapkan, maka yang awalnya merupakan hal baik bisa berubah menjadi hal yang tak baik. Segala hal yang berlebihan itu tidaklah baik. Ya! Begitu pula dengan over-apologizing, selain bisa membuat orang lain ilfeel, over-apologizing juga bisa membahayakan diri sendiri. Sorry syndrome, begitulah sebutannya.

Sorry syndrome menyebabkan seseorang merasa harus meminta maaf secara terus-menerus, meskipun sebenarnya dia menyadari bahwa itu bukanlah kesalahannya ataupun di luar kendalinya. Adanya keinginan untuk bertanggung jawab terhadap atas apapun yang terjadi di sekitarnya lah yang menyebabkannya ingin menyampaikan “sorry” terus-menerus. Selain itu, adanya rasa tidak percaya diri, rendah diri, merasa gak worth, atau mempunyai trauma atas suatu hal juga bisa menjadi penyebab seseorang mengidap sorry syndrome

Stop saying sorry jika kamu berfikir dengan mengatakan hal tersebut bisa menyelesaikan segala masalah atau menghilangkan segala rasa bersalah. Memang bukanlah hal mudah buat kamu pengidap sorry syndrome untuk menghentikannya. Tapi cobalah mengendalikan diri agar kamu tak semakin jatuh dalam sindrom tersebut. Berikut terdapat beberapa hal yang bisa membantumu mengatasi sorry syndrome.

  1. Lepaskan rasa bersalah atas kejadian yang telah berlalu. Perasaan bersalah yang terus kamu rasakan, membuatmu ingin meminta maaf berulang kali dan bahkan bisa menimbulkan rasa was-was setiap melakukan sesuatu. Perasaan bersalah tersebut akan menjebakmu dalam energi negatif yang membuatmu terfokus pada kesalahan yang kamu buat. Nah, sudah saatnya kamu lepaskan energi negatif tersebut, jadikan kesalahan sebagai pembelajaran untuk melakukan pertumbuhan diri sendiri. An apology without change is manipulation.
  2. Belajarlah memahami situasi yang ada, agar kamu bisa menempatkan apologizing dengan tepat. Melakukan refleksi diri bisa membantumu memahami apakah kejadian yang terjadi memang kesalahanmu ataupun memang ada andil kamu di dalamnya. Dengan itu kamu bisa mengetahui perlukah kata “sorry” itu kamu ungkapkan.
  3. Ubah kata maaf menjadi ungkapan terima kasih. Kamu bisa menerapkannya dalam beberapa situasi, misalnya setelah kamu mendapat bantuan, kamu bisa mengubah kalimat “sorry ngerepotin” menjadi kalimat “makasih ya udah bantuin”. 

Meminta maaf tetaplah hal terpuji dan tetap perlu dilakukan. Tapi ketahui kapan saatnya kamu perlu saying sorry, jangan asal ucapkan “I’m sorry” hanya untuk menyelesaikan masalah atau menghindari rasa bersalah. Sampaikan kata maaf dengan tulus, disertai dengan aksi yang menunjukkan bahwa permintaan maafmu bukanlah sekadar ucap. Jangan lupa baca artikel Plevia lainnya ya, untuk dapatkan info menarik lainnya.

Write a comment